10. IKHLAS, RUH DALAM AMAL
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah nasihat singkat tentang ikhlas, yang merupakan ruh dalam setiap amal.
Ikhlas, Ruh dalam Amal
Dalam sebuah ungkapan hikmah disebutkan:
"Amal-amal hanyalah bentuk-bentuk yang berdiri, sedangkan ruhnya adalah keberadaan rahasia ikhlas di dalamnya."
Ini menunjukkan bahwa amal ibadah yang kita lakukan, baik itu shalat, puasa, sedekah, ataupun amalan lainnya, pada hakikatnya hanyalah bentuk lahiriah yang tidak akan bernilai tanpa ikhlas. Ikhlas adalah inti dari ibadah, sebagaimana ruh yang memberikan kehidupan pada jasad.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama, sebagai hanif (lurus dalam tauhid)." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda dalam hadits qudsi:
"Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa menyekutukan Aku dengan yang lain dalam amalnya, maka Aku meninggalkannya bersama sekutunya." (HR. Muslim)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa amal yang dicampuri dengan riya atau kepentingan duniawi tidak akan diterima oleh Allah. Sebab, ikhlas adalah meniadakan segala bentuk persekutuan dalam niat, sehingga hanya Allah-lah satu-satunya tujuan dari amal tersebut.
Tiga Tingkatan Ikhlas
Para ulama membagi ikhlas dalam tiga tingkatan:
- Ikhlas orang awam – Beribadah karena mengharapkan pahala atau takut akan siksa.
- Ikhlas orang khusus – Beribadah hanya demi mendapatkan keridhaan Allah tanpa memikirkan balasan duniawi.
- Ikhlas orang yang paling khusus – Beribadah semata-mata sebagai wujud penghambaan kepada Allah, bukan karena ingin surga atau takut neraka, melainkan karena cinta kepada-Nya.
Sebagaimana seorang penyair berkata:
"Aku tidak menyembah-Mu karena takut akan neraka-Mu, dan aku tidak menyembah-Mu karena berharap surga-Mu. Aku menyembah-Mu karena aku mencintai-Mu."
Bahaya Riya dan Ujub
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Musuh terbesar dari ikhlas adalah riya dan ujub.
Riya adalah melakukan amal agar dilihat dan dipuji manusia. Nabi ﷺ bersabda:
"Hal yang paling aku takutkan atas umatku adalah syirik tersembunyi, yaitu riya."Ujub adalah merasa bangga dan kagum terhadap amal sendiri. Ini pun dapat merusak keikhlasan, karena seseorang mulai bergantung pada amalnya, bukan pada rahmat Allah.
Para ulama berkata:
"Perbaikilah amalmu dengan ikhlas, dan perbaikilah ikhlasmu dengan melepaskan diri dari daya dan kekuatan (diri sendiri)."
Penutup
Hadirin rahimakumullah,
Ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal. Tanpa ikhlas, amal hanya menjadi bentuk kosong yang tidak bernilai di sisi Allah. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memperbaiki niat, menjaga hati dari riya dan ujub, serta hanya berharap kepada Allah semata.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam setiap amal ibadah.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Komentar
Posting Komentar