1. HAKIKAT AMAL DAN BERGANTUNG KEPADA ALLAH


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama merenungkan hikmah tentang hakikat amal dalam Islam. Ilmu tasawuf mengajarkan bahwa amal yang benar adalah buah dari hati yang bersih. Sebagaimana dikatakan, "Barang siapa mengamalkan ilmu yang ia ketahui, Allah akan memberinya ilmu yang belum ia ketahui." Maka, pembahasan kita hari ini dimulai dengan pentingnya amal dalam kehidupan seorang Muslim.

Tanda Bergantung pada Amal

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amalnya."

Para sahabat bertanya, "Bahkan engkau juga, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "Bahkan aku juga, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku."

Dari sabda ini, kita memahami bahwa seseorang tidak boleh bergantung kepada amalnya semata, karena rahmat Allah-lah yang menjadi kunci utama keselamatan. Salah satu tanda bahwa seseorang terlalu bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan ketika ia melakukan kesalahan. Sebaliknya, orang yang benar-benar bersandar kepada Allah akan tetap memiliki harapan meskipun ia pernah jatuh dalam dosa, karena ia tahu bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Tingkatan Amal dalam Islam

Para ulama tasawuf membagi amal ke dalam tiga tingkatan:

  1. Amal Syariat → Mengabdi kepada Allah dengan menjalankan hukum-hukum lahiriah Islam.

  2. Amal Thariqat → Menjalankan ibadah dengan sepenuh hati dan penuh kesadaran.

  3. Amal Hakikat → Mencapai tingkat penyaksian terhadap Allah dalam segala aspek kehidupan.

Dengan kata lain, amal seorang Muslim harus melalui proses perbaikan yang berjenjang, dimulai dari penyucian lahiriah dengan menjauhi larangan dan menjalankan perintah Allah, dilanjutkan dengan penyucian hati dari penyakit batin seperti riya dan hasad, hingga akhirnya mencapai tingkat makrifat, yaitu mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.

Ketergantungan dalam Beramal

Seorang murid yang meniti jalan menuju Allah tidak boleh bersandar pada dirinya sendiri, melainkan harus bergantung pada karunia dan taufik dari Allah. Sebagaimana firman-Nya:

"Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Mereka tidak punya pilihan (dalam urusan itu)." (QS. Al-Qasas: 68)

Oleh karena itu, kita diajarkan untuk selalu bertawakal kepada Allah dalam setiap amal yang kita lakukan. Seseorang yang benar-benar bergantung kepada Allah memiliki tanda-tanda berikut:

  1. Harapannya tidak berkurang meskipun ia pernah berbuat dosa, karena ia yakin Allah Maha Pengampun.

  2. Harapannya tidak bertambah saat ia melakukan kebaikan, karena ia sadar bahwa semua amalnya adalah karena taufik dari Allah.

  3. Ia tidak merasa sombong dengan amalnya, dan tidak pula putus asa karena dosanya.

Sebaliknya, orang yang bergantung pada amalnya akan mengalami fluktuasi batin yang tidak stabil: jika amalnya banyak, ia merasa aman, tetapi jika amalnya sedikit, ia kehilangan harapan.

Peran Guru dalam Meniti Jalan Allah

Dalam perjalanan menuju Allah, seorang murid membutuhkan bimbingan dari seorang guru yang telah memahami jalan tersebut. Guru yang sejati adalah mereka yang membebaskan muridnya dari kesulitan dan mengarahkan hatinya untuk bersandar kepada Allah. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama sufi:

"Siapa yang membimbingmu kepada amal, maka ia telah memberatkanmu. Siapa yang membimbingmu kepada Allah, maka ia telah menasihatimu dengan tulus."

Maka, seorang Muslim hendaknya selalu memperbaiki amalnya dengan ikhlas dan penuh kesadaran, tetapi tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya:

"Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau lupa." (QS. Al-Kahfi: 24)

Maknanya, seorang hamba harus melupakan ketergantungan pada dirinya sendiri dan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah.

Penutup

Hadirin yang dirahmati Allah,

Marilah kita tingkatkan amal kita dengan kesadaran penuh bahwa amal kita bukanlah sebab utama keselamatan, melainkan rahmat Allah-lah yang menjadi penentu. Kita harus tetap istiqamah dalam kebaikan, bertakwa, dan selalu memohon bimbingan serta pertolongan dari Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang ikhlas, yang beramal karena-Nya dan tidak pernah putus asa dalam meraih rahmat-Nya.

اللهم اجعل أعمالنا خالصة لوجهك الكريم، واهدنا صراطك المستقيم، واغفر لنا ذنوبنا أجمعين. آمين يا رب العالمين.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

9. Variasi Amalan dan Keadaan Hati

12. Keterasingan (Uzlah) dan Pemikiran (Fikroh)