12. Keterasingan (Uzlah) dan Pemikiran (Fikroh)
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أما بعد.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya, terutama nikmat iman dan Islam. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan kultum tentang "Keterasingan dan Pemikiran".
Hadirin sekalian,
Dalam kehidupan ini, hati kita sering kali terombang-ambing oleh kesibukan dunia, pergaulan yang berlebihan, serta pikiran yang dipenuhi hal-hal yang tidak bermanfaat. Akibatnya, hati menjadi gelisah, sulit fokus dalam ibadah, dan semakin jauh dari Allah ﷻ. Oleh karena itu, para ulama dan ahli hikmah menekankan pentingnya keterasingan (uzlah) yang disertai dengan pemikiran.
Imam Ibnul Qayyim berkata:
"Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dibandingkan keterasingan yang dengannya seseorang dapat memasuki medan pemikiran."
Keterasingan dalam hal ini bukan sekadar menjauh dari manusia secara fisik, tetapi lebih kepada kesendirian hati bersama Allah. Artinya, seseorang menyendiri untuk memperbanyak ibadah, merenungi hakikat kehidupan, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
"Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih."
(QS. Asy-Syu’ara: 88-89)
Mengapa keterasingan diperlukan?
Para ulama menjelaskan bahwa keterasingan ibarat pantangan dalam dunia pengobatan, sedangkan pemikiran adalah obatnya. Seperti seorang yang sedang sakit, ia butuh menjauhi makanan yang dapat memperburuk penyakitnya sekaligus mengonsumsi obat yang dapat menyembuhkannya. Begitu pula dengan hati, ia butuh menjauhi hiruk-pikuk dunia yang melalaikan serta mengisi dirinya dengan pemikiran yang mendekatkan kepada Allah.
Hati yang terlalu banyak dipenuhi dengan kesibukan duniawi akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perut adalah rumah penyakit, dan pantangan adalah kepala dari segala obat."
Demikian pula hati, jika dipenuhi dengan pergaulan yang buruk dan pikiran yang tidak bermanfaat, maka ia akan sakit. Obatnya adalah menjauhi hal-hal yang merusaknya serta mengisi hati dengan dzikir, tafakur, dan ibadah.
Keutamaan Keterasingan
Para ulama sufi menekankan bahwa keterasingan yang benar akan menghasilkan berbagai manfaat, di antaranya:
- Terbukanya tabir (hijab) hati – seseorang akan lebih mudah memahami hakikat kehidupan dan tujuan penciptaan.
- Turunnya rahmat Allah – Allah akan mencurahkan hidayah dan ketenangan dalam hatinya.
- Kesempurnaan cinta kepada Allah – semakin banyak seseorang bertafakur, semakin dalam cintanya kepada Allah.
- Keikhlasan dalam berkata dan beramal – seseorang akan lebih jujur dan jauh dari riya'.
Al-Junaid pernah berkata:
"Majelis yang paling mulia adalah duduk dalam pemikiran di medan tauhid."
Hadirin yang dirahmati Allah,
Sebagai penutup, mari kita jadikan keterasingan yang positif ini sebagai sarana untuk memperbaiki hati kita. Luangkan waktu untuk menyendiri, merenungi ayat-ayat Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, serta menjauh dari kebisingan dunia yang sering kali melalaikan. Dengan begitu, insyaAllah hati kita akan lebih bersih, iman semakin kuat, dan hidup lebih tenang.
Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kita hati yang sehat, penuh cahaya iman, dan selalu dekat dengan-Nya.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Komentar
Posting Komentar