9. Variasi Amalan dan Keadaan Hati
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu yang penuh keberkahan ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin rahimakumullah,
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah pesan penting tentang variasi amalan dan bagaimana keadaan hati seseorang memengaruhi amal perbuatannya.
Dalam kehidupan ini, kita melihat ada orang yang rajin beribadah, ada yang zuhud (menjauhi dunia), ada yang wara' (hati-hati dalam perkara syubhat), ada yang mencari makrifat, dan ada pula yang lebih banyak merenungkan keagungan Allah. Perbedaan ini terjadi karena keadaan hati yang beragam. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama:
"Jenis-jenis amalan bervariasi sesuai dengan keadaan hati yang datang kepadanya."
Hadis Nabi ﷺ juga menegaskan hal ini:
"Di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Ketika hati seseorang dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah, maka tubuhnya akan cenderung tenang dan penuh kehati-hatian dalam bertindak. Ketika hatinya dipenuhi dengan semangat untuk mencari ilmu, maka tubuhnya akan giat berusaha dan bekerja keras. Jika hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan rindu kepada Allah, maka tubuhnya akan bergerak dengan penuh semangat dalam ibadah.
Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa amalan lahiriah yang kita lakukan berasal dari kondisi batiniah kita. Jangan hanya berfokus pada perbuatan fisik semata tanpa memperhatikan hati yang menjadi sumbernya.
Dalam kitab Qawa'id karya Syekh Ahmad Zarruq, disebutkan bahwa seseorang bisa memiliki berbagai kecenderungan dalam beribadah:
- Jika seseorang banyak beribadah dan mengutamakan amal, maka ia disebut abid (ahli ibadah).
- Jika ia berhati-hati dalam perkara halal dan haram, maka ia disebut wara’.
- Jika ia meninggalkan dunia demi akhirat, maka ia disebut zahid.
- Jika ia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah, maka ia disebut arif (orang yang mengenal Allah).
- Jika ia berusaha mencapai kesempurnaan dan keikhlasan, maka ia disebut murid (pencari ilmu hakikat).
Namun, semua jalan ini sesungguhnya bermuara pada tujuan yang sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, seorang abid harus memiliki ilmu, seorang arif harus beribadah, dan seorang zahid harus tetap menjalankan amal saleh.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Dari penjelasan ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting:
- Perbaiki hati, maka amal perbuatan kita akan menjadi baik. Jangan hanya memperbaiki amal lahiriah tanpa memperhatikan keikhlasan dan kebersihan hati.
- Jangan membandingkan jalan ibadah kita dengan orang lain. Setiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam beribadah sesuai dengan keadaannya.
- Semua jalan menuju Allah itu baik dan saling melengkapi. Ibadah, zuhud, ilmu, dan makrifat bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, tetapi harus dipadukan agar mencapai kesempurnaan spiritual.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang istiqamah dalam beribadah dan selalu memperbaiki hati agar amal kita diterima di sisi-Nya.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar