15. Masuknya Hati ke Hadirat Suci

 


الحمد لله، الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Hadirin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga hati kita selalu diberi cahaya hidayah agar tetap istiqamah di jalan-Nya.

Pada kesempatan yang penuh berkah ini, saya ingin menyampaikan sebuah nasihat tentang "Masuknya Hati ke Hadirat Suci."

Hati yang Bersih untuk Sampai ke Hadirat Allah

Hati adalah tempat Allah memandang hamba-Nya. Jika hati masih dikotori oleh kelalaian, syahwat duniawi, dan keterikatan kepada selain Allah, maka ia tidak akan mampu masuk ke dalam hadirat-Nya. Sebagaimana dalam sebuah hikmah disebutkan:

"Bagaimana seseorang berharap dapat masuk ke hadirat Allah, sementara ia belum mensucikan diri dari hadas besar kelalaiannya?"

Hadirat Allah adalah keadaan ketika hati benar-benar hadir bersama-Nya, tanpa hijab dunia yang menghalangi. Hadirat ini terbagi menjadi tiga tingkatan:

  1. Hadirat Hati, bagi mereka yang senantiasa muraqabah (merasakan pengawasan Allah).
  2. Hadirat Ruh, bagi mereka yang mencapai musyahadah (penyaksian langsung terhadap kehadiran-Nya).
  3. Hadirat Sirr, bagi mereka yang telah mencapai maqam mukallamah (berkomunikasi dengan Allah).

Semakin suci hati seseorang, semakin tinggi derajatnya dalam hadirat Allah. Namun, selama hati masih terombang-ambing antara kesadaran dan kelalaian, ia belum benar-benar mencapai hakikat hadirat ini.

Mensucikan Hati dengan Air Gaib

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendekati shalat dalam keadaan mabuk hingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan, dan jangan pula (mendekati shalat) dalam keadaan junub kecuali sekadar melewati hingga kalian mandi." (QS. An-Nisa: 43)

Ayat ini bukan hanya tentang kesucian lahiriah, tetapi juga tentang kesucian batin. Mabuk dalam ayat ini bisa dimaknai sebagai keadaan hati yang lalai karena cinta dunia, sementara junub diartikan sebagai keterikatan hati kepada selain Allah. Untuk itu, hati kita harus disucikan dengan air ghaib, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hikmah:

"Berwudhulah dengan air ghaib jika engkau memilikinya, jika tidak, maka bertayammumlah dengan tanah atau batu."

Air ghaib ini adalah ilmu yang bermanfaat dan kesadaran ruhani yang membersihkan hati dari segala selain Allah. Sebagaimana hujan yang turun dari langit menyuburkan tanah, ilmu dari Allah juga turun ke hati yang bersih untuk menerangi jiwa.

Jika seseorang tidak dapat mencapai kesucian hakiki ini, maka ia dianjurkan untuk melakukan tayammum—yaitu membersihkan diri dengan kesungguhan dalam ibadah lahiriah seperti shalat, puasa, dzikir, dan amal saleh lainnya. Namun, kesucian yang paling tinggi adalah kesucian hati dari segala sesuatu selain Allah.

Menjadikan Nabi dan Ulama sebagai Imam dalam Perjalanan Ruhani

Dalam perjalanan menuju hadirat Allah, seseorang membutuhkan imam atau pembimbing, yaitu Nabi Muhammad ﷺ dan para ulama yang mengikuti jejak beliau. Sebab, tanpa bimbingan mereka, seseorang bisa tersesat atau terjebak dalam kesombongan spiritual.

Sebagaimana dalam sebuah hikmah disebutkan:

"Jadikanlah imam seseorang yang engkau sendiri menjadi imamnya."

Maksudnya, jadikanlah Nabi Muhammad ﷺ sebagai imam dalam kehidupan kita, dan ikutilah ulama yang meniti jalannya. Dengan cara ini, kita dapat mencapai maqam yang lebih tinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Kesimpulan

Hadirin yang dirahmati Allah,

  1. Hati yang lalai tidak akan bisa masuk ke dalam hadirat Allah. Kita harus mensucikan hati dari cinta dunia dan keterikatan pada selain-Nya.
  2. Kesucian hati dapat dicapai dengan ilmu yang bermanfaat dan kesadaran ruhani. Jika tidak mampu mencapainya, maka bersungguh-sungguhlah dalam ibadah lahiriah.
  3. Dalam perjalanan menuju Allah, kita membutuhkan bimbingan Nabi dan ulama. Jangan berjalan sendiri tanpa petunjuk agar tidak tersesat.

Semoga Allah membersihkan hati kita dari segala kelalaian dan menuntun kita menuju hadirat-Nya yang suci. اللهم آمين.

و بالله التوفيق و الهداية، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

1. HAKIKAT AMAL DAN BERGANTUNG KEPADA ALLAH

9. Variasi Amalan dan Keadaan Hati

12. Keterasingan (Uzlah) dan Pemikiran (Fikroh)