14. Hijab Ruh – Menjernihkan Cermin Hati
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita hidayah dan taufik-Nya. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Hari ini kita akan membahas tentang Hijab Ruh atau penutup ruh yang menghalangi cahaya Ilahi dari hati kita. Dalam perjalanan menuju Allah, hati adalah pusat utama. Hati yang bersih akan bersinar, sedangkan hati yang dipenuhi gambaran duniawi akan gelap dan terhijab dari cahaya makrifat.
1. Hati sebagai Cermin Ruhani
Syaikh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam berkata:
"Bagaimana mungkin hati dapat bersinar sementara gambaran makhluk masih tercetak dalam cerminnya?"
Perumpamaan hati seperti cermin. Jika cermin itu kotor, maka pantulan yang terlihat akan buram. Begitu pula hati manusia—jika ia dipenuhi kecintaan terhadap dunia, nafsu, dan kesenangan materi, maka cahaya Allah tidak akan bersinar di dalamnya.
Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat."
Para sahabat bertanya, "Bagaimana cara membersihkannya, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Dengan banyak berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an."
Maka, jika kita ingin hati bersinar, kita harus menjauhkan segala hijab yang menutupinya, seperti kecintaan berlebihan terhadap dunia, syahwat, dan kelalaian.
2. Cara Membersihkan Hati
Para ulama menyebutkan bahwa ada tiga cara utama untuk membersihkan hati:
Diam (Shamt) – Mengurangi perkataan yang sia-sia, karena hati sangat dipengaruhi oleh ucapan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim)Lapar (Juu') – Mengontrol makan dan minum agar tidak berlebihan. Perut yang kenyang cenderung melahirkan kelalaian, sementara perut yang sedikit lapar lebih mudah menerima cahaya Allah.
Membatasi Tidur (Qillatu al-Naum) – Terlalu banyak tidur akan membuat hati malas dan berat untuk beribadah. Sebaliknya, sedikit tidur dengan niat ibadah akan membuat hati lebih peka terhadap cahaya Ilahi.
Inilah yang disebut oleh para sufi sebagai mujahadah atau perjuangan melawan hawa nafsu.
3. Hijrah Ruhani: Memalingkan Hati kepada Allah
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya." (QS. Al-Ahzab: 4)
Artinya, hati kita tidak bisa sekaligus dipenuhi oleh kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Allah. Jika kita ingin dekat dengan Allah, maka kita harus hijrah ruhani, yaitu berpindah dari kecintaan duniawi menuju kecintaan kepada Allah.
Sebagian ulama berkata:
"Orang yang hatinya masih terikat dengan dunia, meskipun itu sesuatu yang halal, maka ia tidak akan mampu melihat cahaya Allah."
Maka, hendaklah kita melepaskan keterikatan berlebihan terhadap dunia, agar hati kita bersih dan siap menerima cahaya-Nya.
Kesimpulan
Hadirin yang berbahagia,
Hijab ruh yang menutupi hati kita berasal dari kecintaan dunia, syahwat, dan kelalaian. Jika kita ingin hati kita bersinar dengan cahaya Ilahi, maka kita harus:
- Menjaga perkataan (diam dari hal sia-sia)
- Mengurangi makan (mengendalikan nafsu)
- Mengurangi tidur (memperbanyak ibadah)
- Senantiasa berdzikir dan mendekat kepada Allah
Semoga Allah menjadikan hati kita sebagai cermin yang bersih, sehingga cahaya iman, tauhid, dan makrifat dapat bersinar di dalamnya.
Wa billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar